Cukup Setengah Hari Di Selatan Jogja Menjelajah Pegunungan Dan Pantai

Puncak Becici, Muntuk Dlingo, Bantul

Salah satu penyebab Jogja makin berkibar sebagai destinasi utama pariwisata Indonesia adalah obyek wisata lama yang terpelihara, obyek wisata baru yang terus tumbuh dan jarak antar obyek wisata yang dekat. Semua itu bisa ditempuh dengan mudah menggunakan mobil atau sepeda motor, baik milik pribadi maupun sewa. 

Teman-teman dari berbagai kota sering bertanya, bagaimana cara menikmati Jogja dengan maksimal jika hanya punya setengah hari? Misalnya jika hanya punya waktu Sabtu untuk jalan-jalan di Jogja karena Jumat masih ngantor, sedangkan Minggu mau bersih-bersih rumah dan cuci mobil sebelum kembali bekerja di hari Senin. Menjelajah selatan Jogja ini adalah satu contoh apa saja yang bisa teman-teman dapatkan dengan waktu sesempit itu. Teman-teman bahkan tak perlu menginap di Jogja jika punya aktivitas di hari berikutnya seperti itu.

Misalnya teman-teman tinggal di Jakarta, maka secara garis besar jadwal jelajah selatan Jogja adalah sebagai berikut:
  • Pagi naik pesawat dari Jakarta ke Yogyakarta
  • Menjelajah selatan Jogja
  • Naik pesawat terakhir pulang ke Jakarta
Agar rencana teman-teman berjalan mulus, gunakan maskapai terpercaya seperti Garuda yang nyaris tak pernah delay kecuali ada force majeure. Kalau delay, rencana bisa berantakan. Tiket Pesawat murah bisa saja didapat meski akhir pekan. Caranya, incar jauh-jauh hari dan jangan berurutan dengan tanggal merah di hari Jumat. Teman-teman bisa mengincar Tiket Pesawat Garuda melalui  website Skyscanner atau mengunduh aplikasinya supaya lebih praktis.


Foto diatas adalah ilustrasi jika teman-teman merencanakan ke Jogja pada tanggal 21 April 2018, pas hari Kartini. Bisa tu, ke Jogja rame-rame dengan mom squad. Tiket Pesawat Garuda Indonesia dengan mudah bisa dicari dan dibooking. Saya paling suka dengan fitur pengaturan waktu Pergi dan Pulang yang bisa kita geser-geser sesuai dengan rencana kita. Dengan fitur ini kita bisa langsung block jam yang diinginkan tanpa capek mata scroll melihat hasil filter waktu.

Sedangkan destinasi yang bisa menjadi pilihan teman-teman dalam waktu sesingkat itu adalah:

  • Pasar Kakilangit, Mangunan, Dlingo, Bantul
  • Puncak Becici, Muntuk, Dlingo, Bantul
  • Bukit Lintang Sewu, Muntuk, Dlingo, Bantul
  • Hutan Pinus Asri, Mangunan, Dlingo, Bantul
  • Gumuk Pasir Parangtritis, Bantul
  • Pantai Parangtritis, Bantul
Untuk mencapai lokasi tersebut dari bandara juga cukup mudah karena sudah terjangkau taksi online. Saran saya sih lebih baik menyewa mobil bersama sopirnya saja supaya fleksibel. 

Perlu dicatat bahwa obyek wisata di sekitar wilayah itu sangat banyak sehingga teman-teman bisa menggantinya dengan yang lain sewaktu-waktu disana jika terpaksa. Tak perlu jauh-jauh buang waktu jika salah satu destinasi diatas dalam perbaikan atau masih banyak kesempatan untuk menambah destinasi. Misalnya ketika lewat sana kok ada obyek baru atau yang menurut teman-teman lebih menarik, tinggal berhenti saja di lokasi tersebut. Bahkan dalam berwisata, selera orang berbeda-beda.

JELAJAH PEGUNUNGAN

Dari bandara, teman-teman bisa langsung menuju obyek wisata pegunungan Sewu di daerah Dlingo, Bantul, yang sedang hits. Banyak yang mengira, obyek wisata di Dlingo itu hanya Taman Buah Mangunan yang terkenal dengan perburuan sunrise-nya. Tidak usah kecewa jika sunrise tak terkejar karena sebenarnya seputar Dlingo itu banyak sekali obyek wisata yang bagus, yang tidak habis dalam sehari. 

Februari 2018 lalu, kami sekeluarga sudah mencoba jalur ini, semoga kondisinya masih sama setelah 1,5 bulan kemudian. Kami memulainya agak siang, yaitu jam 11.00, karena kalau hari libur memang malas keluar rumah pagi-pagi. Di hari kerja, kami semua sudah keluar rumah jam 06.00, jadi di hari libur kami ingin menikmati suasana santai dulu sampai agak siang. 

Jika teman-teman berangkat dengan pesawat paling pagi, bisa sarapan dulu setibanya di Jogja. Sepanjang jalur dari bandara ke Imogiri, banyak kok rumah makan untuk sarapan. Misalnya Soto Pak Marto dan Gudeg Bu Tjitro diseberang JEC atau jajan di Pasar Imogiri. Sepanjang jalan Imogiri Timur setelah ring road juga banyak warung soto yang meski tidak terkenal tapi segar khas ndeso dengan tambahan kemangi.

Rute menuju ke Dlingo bisa diikuti melalui google maps dan cukup akurat karena merupakan destinasi wisata yang sedang populer. Yang kami incar sebenarnya hanya 2, yaitu hutan pinus dan puncak Becici. Puncak Becici dahulu sempat dikunjungi Barack Obama. Ternyata disana banyak sekali spot yang dibuka masyarakat setempat dan ditata rapi untuk wisatawan. Jadi, tinggal pilih saja.

Memasuki wilayah Mangunan, Dlingo, yang pertama kami kunjungi adalah Pasar Kakilangit. Ini adalah pasar untuk keperluan wisata, jadi tidak buka tiap hari. Yang dijual adalah berbagai makanan tradisional. Pasar ini harusnya sudah tutup pada jam 12.00. Untunglah ketika kami sampai, masih banyak kedai yang buka. Kata bapak pengurus yang ramah, dimusim libur mereka buka hingga jam 15.00. Karena didesign untuk wisata, maka seluruh partisipan menggunakan busana adat Jawa. Mata uang yang digunakan juga dari tanah liat kering yang dicetak. Ada counter khusus untuk penukaran uang.



Di pasar Kakilangit ini dijual berbagai makanan khas setempat antara lain, pecel, gethuk, tiwul, sate kere, baceman, peyek dan sebagainya. Selain makan sate kere dan tiwul disana, saya juga membawa pulang serundeng. Serundeng adalah parutan kelapa yang dibumbui. Rasanya manis legit tapi juga ada gurihnya. Sekantung serundeng harganya Rp10.000,- dan bisa menjadi teman makan nasi yang bikin nambah terus. Serundeng ini mengingatkan jaman kecil saya dulu. Ibu saya sering membuat serundeng karena bisa disimpan berhari-hari, nggak capek di dapur. Tapi buatan ibu saya dulu ada potongan dagingnya kecil-kecil, yang ini tidak ada.



Dari Pasar Kakilangit, kami naik lagi dan menjumpai beberapa obyek wisata yang dikelola warga. Sampai disuatu pertigaan kami belok kiri mengikuti petunjuk ke arah hutan pinus. Di pertigaan ini ada rumah Hobbit. Meski sebenarnya ini diadaptasi dari film petualangan fantasi, tapi rumah Hobbit ini banyak disukai anak-anak kecil. Kami sendiri tidak mampir karena perhatian langsung teralihkan oleh hutan pinus disebelahnya. Dari sinilah deretan hutan pinus dimulai sampai jauh ke dalam.

Jadi hutan pinus di wilayah Dlingo ini sangat luas. Di beberapa tempat dibuka untuk wisata yang dikelola warga. Warga memberi nama yang berbeda-beda untuk masing-masing gerbang masuk. Tiap obyek memiliki keunggulan yang berbeda, tapi paling banyak adalah spot selfie. Kreasi spot selfie-nya sangat beragam yang bagus sekali difoto. Namun kami lebih suka duduk dan menikmati pemandangan. 

Kami bablas ke tujuan yang paling jauh yaitu Puncak Becici dulu. Sepanjang jalan kami tergoda untuk mampir ke obyek lain. Tapi mengingat waktu yang tidak akan cukup untuk semua, maka kami harus menguatkan hati untuk jalan terus.



Dibandingkan dengan obyek wisata lain disekitarnya, Puncak Becici boleh dibilang paling ramai. Sepanjang pintu masuk sudah berjajar pedagang makanan. Teman-teman bisa membeli ramuan wedang uwuh untuk oleh-oleh. Di sini juga ada pendopo untuk tetirah. Tak ketinggalan spot foto baik yang buatan seperti sarang burung dan panggung  lebar, maupun yang alami berupa lereng bukit dengan pemandangan luas hingga cakrawala. Banyak pilihan yang bisa dilakukan disini. Tapi berhubung Puncak Becici menjadi terkenal setelah kedatangan Barack Obama, tempat ini menjadi paling ramai. Menurut saya, ramainya masih wajar, tidak berdesak-desakan atau kesulitan untuk foto.

Sebenarnya kalau cuma pengin foto diantara pohon pinus, di Puncak Becici ini juga banyak. Tapi memang pohon-pohonnya tidak setinggi hutan pinus lainnya.




Dari Puncak Becici kami bermaksud langsung ke hutan pinus karena cuaca masih mendung sehabis hujan. Takut hujan lagi. Tapi anak-anak minta mampir ke Lintang Sewu karena sepintas sepertinya bagus. Meski juga menyajikan spot foto tapi Lintang Sewu agak berbeda karena andalannya bukan pohon pinus melainkan bunga warna warni. Sebagian bunga itu agak rusak diinjak. Entah ada apa dengan perkara para wisatawan yang suka menginjak-injak ini. Semoga jika teman-teman kesini berkenan untuk ikut menjaga keindahannya.


Tinggallah satu obyek wisata yang harus kami datangi, yaitu yang ada hutan pinusnya. Dalam perjalanan ke Becici sebelumnya, kami telah mengincar 2 hutan pinus, yaitu hutan pinus Mangunan, disebut juga hutan pinus Imogiri, dan hutan pinus Asri.

Hutan pinus Mangunan terletak  setelah rumah Hobbit, sedangkan hutan pinus Asri berada setelah hutan pinus Mangunan jika dilihat dari arah Jogja. Sebenarnya hutan pinus Mangunan lebih luas, banyak tempat duduk dan banyak spot foto. Tapi waktu itu di sana lebih ramai meski tetap bisa tertampung semua dengan nyaman. Meski begitu, saya merasa kurang sreg sehinnga memilih hutan pinus Asri.

Hutan pinus Asri ini seharusnya bagus sekali buat foto atau sekedar duduk melongarkan pikiran. Sayangnya waktu itu habis hujan deras sehingga kondisi tanah yang serupa tanah liat itu sangat licin. Hati-hati memilih pijakan dan pegangan karena medan cukup curam. Jika membawa anak-anak harap dijaga karena meski licin seperti itu banyak yang tetap berlarian. Untung tidak ada yang jatuh. Disini juga ada beberapa spot foto menarik dan rumah spongebob di bikini bottom.

ANTARA PEGUNUNGAN DAN PANTAI

Kami keluar wilayah Dlingo ketika waktu sudah beranjak sore.  Waktu itu kami tidak menggunakan google maps karena sudah pernah lewat sana meski agak lupa. Ancar-ancarnya, di pertigaan Mangunan - makam Imogiri belok kiri. Di pertigaan ke arah Jogja, kita tidak belok kanan masuk jalan yang lebar dan mulus melainkan lurus saja ke selatan, masuk ke kampung, ke jalan Imogiri - Siluk. Di jalan itu ada yang rusak berlubang sehingga dipasangi tulisan "kendaraan dilarang lewat". Berhubung mobil kami kecil, kami nekad melipir karena sudah dekat dengan jalan raya. Setelah masuk jalan raya, ikuti saja papan penunjuk arah. Semoga sekarang sudah diperbaiki karena hanya kerusakan kecil. Rutenya sangat mudah dan sepi, jadi bisa benar-benar sambil menikmati pemandangan yang menyegarkan. Setelah itu kita akan langsung sampai di Kretek, pintu gerbang pantai-pantai Bantul.

Tapi jika teman-teman ragu, bisa mengikuti rute yang dipilihkan google maps melalui Jl Parangtritis. Agak memutar tapi jalannya lebih lebar dan jelas. Tentu saja lalu lintas lebih ramai dan sudah banyak rumah penduduk.

JELAJAH PANTAI


Dari Kretek, lagi-lagi kita punya banyak sekali pilihan. Itulah Jogja, berlimpah obyek wisata. Jika dari Kretek ke barat, ada pantai Samas, Pandansari dan Goa Cemara. Agak jauh lagi ada pantai Kuwaru dan Baru. Jika ke timur ada pantai Depok, Parangkusumo dan Parangtritis. Kami memilih ke Parangtritis, pantai yang dikelola sebagai tempat wisata lebih dahulu dibandingkan dengan pantai lain. Lagipula kami sudah bertahun-tahun tidak kesana karena asik mencoba pantai-pantai yang lebih baru.

Sebelum memasuki kawasan pantai Parangtritis, kita harus melewati gerbang besar untuk membayar tiket. Tapi memutuskan tidak lewat sana agar bisa menyusur pantai Depok dan Parangkusumo juga. Jadi, persis didepan gerbang itu ada jalan ke arah kampung di kanan jalan. Masuk saja kesitu karena tidak ada penunjuk jalannya. Tapi di google map terlihat kok. Ujung dari jalan ini adalah pantai Depok. Kami tidak mampir karena masih kenyang. Pantai Depok ini cocok untuk wisata kuliner karena ada pasar ikan yang hasilnya bisa langsung minta dimasakkan di warung-warung dekat sana. Kalau tidak mau repot memilih ikan, tinggal pesan saja ke pemilik warung makan. Untuk bermain air, pantai Depok kurang sesuai karena curam.

Sepanjang pantai Depok sampai gumuk pasir terlihat klub terbang layang yang sedang latihan. Daerah sini memang kerap dijadikan lokasi mendarat peminat aerosports. Menurut ahli geologi, Shuckin seperti dikutip oleh www.geografi.org, gumuk pasir adalah semua akumulasi pasir yang terbentuk akibat angin, baik yang terdapat di daerah pantai maupun di padang pasir. Gumuk pasir antara pantai Depok dan Parangkusumo ini sudah tidak sebanyak dulu, bahkan garis pantai sudah masuk jauh ke daratan dan merendam sebagian jalan lama. Kemungkinan ini akibat penambangan pasir yang tidak terkendali.



Kegiatan penambangan pasir tersebut juga meninggalkan cekungan yang kemudian terisi air sehingga membentuk laguna atau danau kecil. Laguna dan danau kecil tersebut dikelola menjadi tempat wisata baru. Selain untuk duduk-duduk dan spot foto, juga digunakan anak-anak muda untuk ski air. Teman-teman juga masih bisa mencoba ski pasir lo. Meski area berpasirnya tidak seluas dulu tapi tetap seru.

Sebagian jalan lama penghubung ini adalah spot yang sering digunakan untuk foto pre wedding. Pohon cemara (orang Jogja menyebutnya cemaro urang atau cemara udang) di kanan dan kiri jalan tumbuh lebat sehingga membentuk lorong yang keren jika di foto. Jika ingin berfoto disini, carilah tempat yang bisa digunakan untuk memarkir mobil dengan baik karena tidak ada tukang parkir dan jalan tidak lebar. Sebelum mencapai Parangkusumo, jalan lama dibelokkan karena tergenang air laut.




Pantai Parangkusumo adalah pantai yang digunakan untuk upacara labuhan kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Disana ada tempat yang bernama Cepuri, tempat Panembahan Senopati yang merupakan cikal bakal kraton Yogyakarta bertapa. Karena itu, jika tidak ada upacara labuhan, pantai ini cenderung sepi. Pantai Parangkusumo juga curam sehingga kurang cocok untuk bermain air. Teman-teman bisa mendapatkan kisah seputar Panembahan Senopati dan berdirinya kraton Yogyakarta.



Pantai Parangtritis sekarang sudah ditata rapi dan lebih bersih. Tapi tetap saja ada pengunjung sekeluarga di depan kami duduk yang meninggalkan bungkus makanan dan minumannya begitu saja diatas pasir pantai. Teman-teman jangan seperti itu, ya! Saya tidak mau berteman dengan orang yang tidak peduli dengan kebersihan sekitar.

Perubahan yang paling jelas adalah parkir yang sangat luas, lengkap dengan mesjid. Jadi, setelah sunset, buru-buru deh kesini buat sholat Maghrib. Bagi anak kecil yang ingin main air sudah ada kolam air tawar sehingga lebih aman dibandingkan dengan bermain air di pantai. Pantai Parangtritis landai sehingga pemandangan bisa bebas lepas ke arah lautan. Tapi jika bermain air di pantai harus tetap waspada, jangan terlalu jauh masuk ke air karena ada palung-palung yang tidak tampak.




Fasilitas wisata lainnya juga lengkap, dari kuda, kereta, ATV hingga odong-odong. Penjaga pantai juga sigap mengawasi pengunjung laksana Baywatch. Kami sendiri memilih main air, menyewa tikar dan ngemil peyek undur-undur yang banyak dijual disana sambil menunggu saat matahari tenggelam.

Hari kian gelap, sebaiknya teman-teman segera menuju ke bandara Adi Sucipto. Saya punya prinsip, lebih baik menunggu lama di bandara daripada ketinggalan pesawat. Teman-teman bisa makan malam di bandara. Kalau mau mengirit, bisa beli nasi ayam penyet yang banyak terdapat di tepi jalan. Selain pelayanannya cepat, juga bikin kenyang setelah seharian beraktivitas fisik. Jika waktu masih cukup banyak, bisa mampir juga ke restoran yang khas Jogja misalnya ayam Ny Soeharti atau gudeg Yu Djum. Sepanjang jalan raya Jogja - Solo menuju bandara juga banyak toko oleh-oleh.

Nggak perlu nunggu cuti panjang kok buat ke Jogja.  

Post a Comment

7 Comments

  1. Jogja memang selalu istimewa dengan semua keindahan alam dan budayanya, ahhh jadi baper kangen Jogja hehehe

    ReplyDelete
  2. Puingiiin balik dolan ke Jogja lagi, lagiiii dan lagiiii
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    ReplyDelete
  3. Aku setengah hari gini pernah juga mba..makan siang di jl. Imogiri, trus masuk pantainya GK lewat Panggang.

    Seneng ya, Jogja makin bnyk pilihan tempat2 wisatanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, sampai bingung kadang sini belum tau tapi wisatawan malah sudah upload fotonya :)

      Delete

Thank you for your comment. It will appear soon.